16.1.13

Tambahan info niiiih~~


Saya tertarik sekali dengan pengetahuan-pengetahuan umum. Menurut saya, itu membuat kita berwawasan luas, membuat kita ” KEREN ” . Definisi keren menurut saya adalah seorang yang berwawasan luas, pintar tapi tidak cukup dengan pintar tapi juga cerdas.
Semua benda yang kita gunakan, semahal dan sekeren apa pun benda itu tidak akan membuat kita menjadi keren jika kita tidak cukup cerdas dan berwawasan luas.
Nah, untuk menutup artikel ini, saya akan memberikan sedikit pengetahuan yang bersumber dari http://rachmatwahidi.wordpress.com/ dan majalah bobo.
Ini dia :
  • Tinggi pohon bunga matahari bisa mencapai 3,5 meter.
  • Kalau ekornya putus, cicak bisa punya ekor baru lagi.
  • Volume lambung orang dewasa adalah 1,5 liter.
  • Di dunia ini ada 2.700 macam nyamuk.
  • Jumlah rambut di kepala orang dewasa sekitar 100.000 helai.
  • Kebalikan dengan kucing yang takut air, harimau sangat suka berenang.
  • Berat otak gajah sekitar 4-6 kg.
  • Jumlah domba di Australia lebih banyak daripada jumlah penduduknya.
  • Anak balita suka sekali bertanya. Kalau dihitung, dalam sehari jumlah pertanyaannya bisa mencapai ratusan.
  • Ikan tidak punya telinga.
  • Laki-laki lebih sering cegukan dari perempuan.
  • Jantung udang ada di kepalanya.
  • Waktu lahir, semua bayi buta warna.
  • Madu tidak akan pernah basi.
  • Semut tidak pernah tidur.
  • Konon, lebih banyak orang yang takut kepada katak daripada tikus.
  • Kuku jari tengah lebih cepat panjang daripada kuku di jari lainnya.
  • Ginjal menyaring sekitar 1.800 liter darah perhari.
  • Lidah jerapah panjangnya bisa mencapai 50 cm.
  • Bunga mawar yang dipetik di sore hari lebih tahan segarnya daripada yang dipetik di pagi hari.

Tiap hari itu Pelangi


” tiap hari itu sama”
tapi tidak bagiku, tiap hari itu berbeda. kenapa?
karena ditiap menitnya kita mendapat sebuah pengalaman baru!! \(‾▿‾\) \(´▽`)/ (/‾▿‾)/
tapi, hari ini aku juga mau cerita aaaaaaaah :D
hidupku itu penuh warna lho, apalagi sekarang aku masih es-em-a
masa yang katanya, masa paling indah :D dan menurutku emang bener!! hehe
\(´▽`)/ hampir tiap saat aku dapet pengalaman baru!!!

aku bahkan pernah kejebak di arena “tawuran pelajar”

wusssss seru banget!! #ngeri sih aslinya#

tapi sumpah! biarpun menegangkan, panik dan segala macam

ketakutan lain menghampiri seluruh bagian tubuhku, aku ngerasa ada
sebuah rasa yang mengisi hatiku ^^ gejolak masa remaja :D hihi


(˘ʃƪ˘) aku itu pejuang cinta sejati lhooooo! wkwkk, tiap hari aku hampir selalu
berusaha melihat orang yang aku sukai #bukan pacar -,- aku ngga punya pacar#
tapi biarpun cuma ngeliatin dia dari kejauhan, hati ini ” makseeeer “ biarinlah
orang bilang gue alay, bilang gue lebay..
tapi inilaaaaaah cinta ^^ wkwkw
wuaaaaaaaah, pengalaman apalagi yaaa yang bakal aku dapetin besok? hmmmm aku harap besok ada pengalaman yang “seruuuuuuuuuuu” menghadangku.

jadi ngga sabar nunggu besok deeeh (ʃƪ´⌣`)

~~~

Hai!!!
Eheeeeem~~
lama gak bercuap-cuap santai niiiih. Pasti kalian udah kenjeeeeeen banget ama celotehanku...yakan? :3 uhuuuk~~
ahahaha.. Tau nggak sih gimana rasanya jadi anak kelas duabelas~~ pusiiiiing..
apalagi bentar lagi UN...SBMPTN!! aaaah semoga aja gue lolos via SNMPTN! AAMIIN...


Yahhh Gini deh rasanya jadi anak kelas duabelas...berat..
makanya deh gue kadang ketawa-ketawa sendiri..
berusaha menghibur diri..biar nih otot gak tegang..

HUUUUFT -___-
Tapi sebelum UN..hal yang perlu dikuatkan itu...ya MENTAL!


Rasa sakit yang manis~

Rasa sakit yang manis...
rasa sakit yang ada saat mencintaimu...

Mencintaimu begitu sakit...
namun mencintaimu adalah sebuah kenangan indah bagiku...

Desiran yang kurasa ketika berpapasan denganmu...
Desiran yang kurasa ketika kau menggoda dan menjahiliku...
Desiran yang kurasa ketika kau menatapku....

AH!!! Hatiku tak berbentuk ketika bersamamu...
Berdiri pun aku tak sanggup....

Ah bodoh...
Aku tahu kau tak pernah serius kepadaku...
Aku tahu kau tak pernah mencintaiku....

Aku tahu kau sebatas sahabat...
Ahh...tapi kumohooon.
tetap perlakukan aku seperti ini...

aku tahu ini sakit....
tapi ini rasa sakit yang manis....

6.1.13

ilalang yang tak mampu menari

kalian mendengarku?
Siapa saja..tolonglah aku...
aku ilalang yang tak mampu lagi menari..
aku ilalang yang sudah penuh luka....

Siapa saja...tarik diriku...
siramlah aku dengan kasih dan cintamu...

tolonglah aku...
hatiku penuh lukaaaa..

Kehidupan yang penuh intrik dan tipu muslihat. Selalu menarik untuk dikritik bahkan untuk dikecam. Terkadang kita lupa dengan apa yang telah kita miliki..lupa bersyukur..menyebabkan seseorang terluka karenanya..

Meninggalkan sejuta kenangan, menghapus segala rasa..membuang harga diri..
Ah kita ini manusia..satu-satunya makhluk yang berakal...
Tapi apa daya, bangsa kita..tidak..mungkin bangsa lain juga... mulai termakan tipu daya iblis dunia...
melupakan alur kehidupan...
hanya memandang ke atas, tanpa pernah memandang ke bawah.

Kepedulian hilang, rasa sosial menurun. Individu yang egois dan berusaha memberi keuntungan yang luar biasa besar pada diri sendiri.
Oh ayolaaaah, apa arti hidup jika saling memberi hanya jika keduanya sama-sama diuntungkan...

Ingatlah, lebih baik memberi..tanpa perlu mengharap apapun,..

Hansel&Gretel


Di sebuah desa pada zaman dahulu hiduplah sebuah keluarga bahagia. Mereka mempunyai dua orang anak yang manis, namanya Hans dan Gretel. Suatu ketika Ibu tercinta meninggal karena sakit. Sejak kematian sang Ibu, mereka selalu bersedih sepanjang hari.
Agar mereka tidak bersedih, kemudian Ayah mengambil Ibu baru untuk menghibur mereka. Ternyata Ibu baru ini sangat jahat dan memperlakukan mereka dengan buruk. Dari pagi hingga petang mereka disuruh terus bekerja dan hanya diberi makan satu kali.
Musim kemarau pun tiba, dan mereka tidak mempunyai makanan apa-apa. Sang Ibu menyuruh anak-anak untuk dibawa ke hutan dan meninggalkannya di sana.
Ayah sangat terkejut mendengarnya ” Bicara apa kau, apa kau ingin anak-anak mati ?! “
” Kau ini memang bodoh, kalau kita tidak melakukannya, kita semua akan mati !”
Sementara itu dari balik kamar , Hans dan Gretel mendengarkan pembicaraan mereka. Mereka ketakutan dan Gretel pun menangis.
Akhirnya Ayah tidak bisa berbuat apa-apa karena istrinya terus mendesaknya.
“Ah… apa kita akan mati di hutan ?! “
” Ssst.., aku punya ide bagus, ” ucap Hans. Lalu ia keluar rumah dan mengumpulkan batu-batu kecil putih yang bila terkena cahaya bulan, akan bersinar.
Pada esok paginya dengan berteriak keras, Ibunya membangunkan Hans dan Gretel. Sebelum berangkat ia memberikan sepotong roti kepada mereka. Setelah itu semua berangkat menuju hutan.
Sambil berjalan Hans membuang batu kecil putih satu per satu yang ada dalam kantongnya.
Karena berjalan sambil menoleh ke belakang, Ayah menjadi curiga.
” Sedang apa, Hans ? “

” Aku sedang memandang kucing yang ada di atas rumah,” jawab Hans berbohong. Lalu tibalah mereka di tengah hutan.
Ayah dan Ibunya pergi ke hutan yang lebih jauh lagi untuk menebang kayu dan meninggalkan mereka.
Rasa sedihpun berganti gembira setelah di tengah hutan Hans menemukan seekor kupu-kupu dan Gretel membuat kalung dari bunga. Mereka sangat gembira karena bisa bermain-main bersama teman baru mereka seperti kelinci, bajing dan burung-burung kecil.
Tanpa terasa waktu berlalu, mataharipun mulai tenggelam dan hari mulai gelap. Suara burung-burung yang indah kini berganti dengan suara angin yang berdesir.
Gretel menangis tersedu-sedu karena takut. Hans berkata menenangkan, “Jangan menangis, jika cahaya bulan muncul, kita pasti akan pulang dengan selamat “.
Tak lama kemudian, dari sela-sela pohon muncullah cahaya bulan yang bersinar dengan terang. Hans segera mengajak Gretel untuk pulang ke rumah.
Hans memegang tangan Gretel dan menyusuri jalan di hutan tanpa ragu-ragu.
” Kak, kok bisa berjalan tanpa bingung di hutan yang gelap begini?”
“Oh… batu kecil putih yang kujatuhkan ketika kita datang, bersinar karena kena sinar bulan dan itu akan menolong kita pulang ke rumah.”
Tibalah mereka di rumah, sang Ibu heran melihatnya dan mencari tahu bagaimana mereka bisa sampai di rumah dengan mudah. Ketika ia membuka pintu, ia melihat batu kecil putih yang bersinar. Agar mereka tidak bisa mengumpulkan batu putih itu lagi, Ibu mengunci pintu kamar mereka. Hans dan Gretel menjadi panik karenanya.
Sebelum tidur mereka berdoa pada Tuhan, meminta perlindungan.
Keesokan harinya seperti kemarin, Ibu membangunkan mereka dan membawa mereka ke hutan. Hans tidak kehabisan akal. Dengan terpaksa ia mencuil-cuil potongan roti dan menjatuhkannya di jalan sambil berjalan.
Tapi malang, jejak yang sudah dIbuatnya susah payah dimakan oleh burung-burung kecil. Sampailah mereka di dalam hutan. Kembali Ayah dan Ibunya meninggalkan mereka dan masuk ke hutan yang lebih jauh.
Merekapun bermain-main dengan binatang-binatang di dalam hutan.
Akhirnya malampun tiba. Ketika cahaya bulan mulai bersinar mereka beranjak pulang. Dengan susah payah dicarinya potongan-potongan roti sebagai petunjuk jalan untuk pulang ke rumah.
” Kak, apa yang telah terjadi dengan potongan-potongan roti itu ?” teriak Gretel cemas.
” Mungkin dimakan oleh burung -burung kecil “
” Uhh.., kalau begitu kita tidak bisa pulang ke rumah.”
Di dalam hutan bergema suara lolongan keras. Mereka berdua amat ketakutan. “Kak, aku takut, kita akan mati !” Gretel mulai menangis.
” Jangan khawatir dik, Ibu yang ada di surga pasti menolong kita.”
Karena lelah, mereka akhirnya tertidur dengan pulas di bawah pohon. Cahaya matahari pun mulai bersinar dan mengenai wajah mereka. Hans dan Gretel terbangun dan disambut suara kicauan burung.
Tiba-tiba mereka mencium bau masakan yang lezat. Segera mereka berlari ke arah datangnya bau lezat itu. Seperti mimpi mereka melihat rumah kue, atapnya terbuat dari tart, pintunya dari coklat, dan dindingnya dari biskuit.
Cepat-cepat mereka mendekati rumah itu dan memakannya.
Tiba-tiba terdengar suara keras yang bergetar. 
“Siapa itu, berani memakan rumah kue kesayanganku ?”, muncullah seorang nenek sihir tua dengan wajah menyeramkan serta mata merah yang bersinar, lalu menangkap mereka berdua.
” Hi… Hi…. Hi…. anak-anak yang lezat, sebagai hukuman karena telah memakan rumput kue kesukaanku, aku akan memakan kalian .”
Dengan kasar nenek sihir itu menyeret Hans masuk ke dalam penjara. Setelah itu ia berkata kepada Gretel,
“Mula-mula aku akan menggemukkan anak laki-laki itu, lalu aku akan memakannya. “
“Sekarang kau buat makanan yang enak biar makannya banyak ! “
Nenek sihir itu sudah tua sekali dan matanya mulai rabun. Pada saat itu Hans dan Gretel saling berpegangan tangan memberi semangat supaya mereka tabah.
” Tabahlah Gretel, Ibu yang ada di surga pasti melindungi kita “.
Suatu hari nenek mendekati penjara Hans untuk melihat apakah tubuh Hans sudah menjadi gemuk atau belum.
“Aku lapar, sudah seberapa gemuk tubuhmu, ayo ulurkan tanganmu ! “
Hans yang pintar tidak kehilangan akal, ia mengetahui kalau mata nenek sudah rabun segera dikeluarkannya tulang sisa makanan kepada nenek yang rabun lalu nenek memegangnya.
Betapa kecewanya nenek karena sedikitpun Hans tidak bertambah gemuk. Karena kecewa lalu ia bermaksud untuk memakan Gretel. Kemudian Gretel disuruh membakar roti.
Selagi Gretel menyalakan api di tungku, si nenek mencoba mendorongnya ke nyala api.
Untunglah Gretel mengetahui maksud nenek, cepat-cepat ia berbalik pergi ke depan tungku.
“Nek, aku tidak bisa membuka tutup tungku ini .”

Nenek sihir tidak sadar kalau ia sedang diperdaya Gretel dan ia membuka tutup tungku.
Tanpa membuang kesempatan, Gretel mendorong nenek ke tungku.
“Ahh… tolong…. panas ! ” teriak nenek kesakitan. Gretel tidak memperdulikan teriakan nenek malah dengan cepat ia menutup pintu tungku, lalu berlari ke arah penjara untuk menolong Hans.
“Gretel, kau berhasil. Ibu yang di surga telah melindungi kita.” Karena bahagia mereka berpelukan.
Ketika akan pergi dari rumah kue tanpa sengaja mereka menemukan banyak harta karun. Setelah itu mereka keluar rumah, tetapi malang jalan itu terpotong oleh sungai besar.
Mereka menjadi bingung. Saat itu entah dari mana datangnya tiba-tiba muncul seekor angsa cantik.
” Ayo, naiklah ke punggungku, ” ucap angsa itu ramah. Satu per satu angsa itu mengantarkan mereka menyeberang sungai.
Setelah sampai, angsa itu menunjuk-kan jalan bagi mereka berdua dari atas langit. Sampailah mereka di batas hutan.
Tanpa mereka ketahui sebenarnya angsa itu adalah Ibu mereka yang ada di surga. Angsa itu kemudian menghilang. Setelah itu muncullah Ayah mereka yang sangat cemas.
“Anak-anakku tersayang, maafkanlah Ayah. Ayah tidak akan meninggalkan kalian lagi “.
Lalu Ayah menceritakan kepada mereka bahwa Ibu tiri yang jahat sudah meninggal karena sakit. Akhirnya mereka pun hidup bahagia selamanya.

GADIS PENJUAL KOREK API


Pada sebuah malam menjelang natal. Malam sangat dingin, salju turun dengan deras dan angin berhembus dengan kencang. Ada seorang gadis kecil yang sudah kehilangan mamanya, untuk menghidupi papanya yang sedang sakit,  tanpa memperdulikan badai salju berjalan dijalan yang diselimuti salju menjual korek api.
“Korek api, siapa yang mau membeli korek api”
Dia tidak memiliki baju hangat, memakai baju yang sudah kumal dan kepalanya dibungkus sebuah syal yang sudah koyak, diatas kakinya hanya memakai sepasang sandal tua, dia berteriak menjajakan korek apinya dijalan, tetapi tidak seorangpun yang memperdulinya.
Semua orang sedang sibuk mempersiapkan kado natal, dengan gembira dan bersenang-senang, sungguh kasihan gadis malang ini! Dia mempunyai banyak korek api yang disimpan disebuah keranjang dan tangannya memegang beberapa batang korek api.
Hari menjelang siang, dia tidak dapat menjual sebatangpun korek apinya, dalam keadaan lelah dan lapar dia berjalan terus, butiran salju jatuh diatas rambutnya yang berwarna keemasan, sampai didepan sebuah rumah yang mewah dia berhenti dan memandang kedalam rumah, didalam rumah kelihatan pohon natal yang dihias dengan indah, seorang ibu sedang bermain dengan gembira dengan kedua anaknya, kedua anaknya kelihatan sangat bahagia, diatas meja terlihat lilin yang berwarna-warni menyala, ada yang berwarna merah, hijau, putih, ungu, dia paling suka melihat lilin yang berwarna merah, warnanya sangat kontras diatas meja tersebut.
Melihat keadaan itu, dia teringat kepada nenek dan ibunya, mereka berdua sangat menyayanginya, tetapi mereka berdua sudah meninggal, memikirkan kenangan itu gadis kecil ini menangis dengan sedih.
Sambil menangis gadis kecil ini berjalan disebuah jalan yang besar, tiba-tiba sebuah kereta kuda lewat dan hampir melanggar dia.
Kereta kuda melintas dengan cepat, menyemprotkan percikan lumpur kebaju gadis malang ini, sandal gadis ini juga hilang, sehingga dengan kaki telanjang dia berjalan diatas salju dan berteriak :
“Korek api, siapa yang mau beli korek api.”
Senja telah tiba, sepasang kaki gadis kecil ini kedinginan sampai berwarna biru, disepanjang jalan tercium wangian daging panggang.
“Wah, sungguh enak jadi orang kaya, mereka sedang mempersiapkan perayaan natal.” Pikir gadis malang ini.
Dia sudah tidak kuat berjalan, badannya yang lelah menyandar dinding disebuah pertokoan, dia tidak berani pulang kerumah karena  sebatangpun korek api belum terjual, dirumah juga sangat dingin, karena dari segala arah angin dapat memasuki rumahnya yang sudah reyot.
Dia kedinginan sampai tubuhnya gemetar terus, dia sangat ingin menghangatkan tubuhnya walaupun hanya sebentar dengan sebatang korek api.
Tangannya yang kecil sudah hampir membeku. Sungguh sangat dingin, dia memutuskan untuk menyalakan sebatang korek api menghangatkan tangannya yang sedang membeku.
“Sesst “ korek api menyala, dia merasakan sebuah kehangatan menyelimutinya, nyala korek api menyilaukan, sambil melamun dia membayangkan dirinya duduk didekat sebuah tungku api, nyala api terlihat sangat cantik, terasa hangat, dia bermaksud menjulurkan kedua kakinya dekat ke nyala api, tetapi nyala tersebut dengan cepat sudah padam, tungku api hilang dari pandangannya. Dia terbangun dari lamunanya, dan melihat hanya bekas sebatang korek api yang sudah habis terbakar ditangannya.
Dia lalu menyalakan sebatang lagi, korek api menyala, mengeluarkan cahaya terang,
Nyala korek api yang memantul didinding, bagaikan ilusi dia melihat sebuah kamar didalam kamar terlihat sebuah meja makan diatas meja makan terhidang biscuit yang lezat dan daging panggang yang harum, keadaan ini sangat menarik, dia melihat daging panggang ini melompat dari piring dan berjalan menuju kearah gadis malang ini. Dia menjulurkan tangannya, korek api segera redup, tangannya hanya teraba dinding yang dingin.
Dia menyalakan sebatang lagi korek api, nyala korek api berubah menjadi sekuntum cahaya yang berwarna merah jambu.
Dia merasa dirinya duduk dibawah sebuah pohon natal besar yang cantik, lebih cantik dari pohon natal yang dilihat tadi siang, Diatas dahannya terdapat ribuan batang lilin kecil yang cantik sedang menyala. Gadis malang ini menjulurkan tangannya, korek api padam lagi. Ribuan batang lilin berubah menjadi bintang-bintang kecil yang terang dilangit. Diantara bintang-bintang itu sebuah bintang jatuh ke bumi berubah menjadi sebuah cahaya yang memanjang.
Dia menyalakan sebatang lagi korek api.

Ah, di nyala api dia melihat nenek yang dirindukan setiap hari, dia melompat ke pelukan neneknya.
“Nenek !” teriak gadis kecil ini, “tolong bawa saya pergi nenek! Ke tempat yang tidak dingin, dan banyak makanan. Saya tahu begitu korek api ini padam, engkau sudah tidak kelihatan, seperti tungku api itu, daging panggang yang wangi dan pohon natal yang indah, saya akan kehilangan semuanya.”
Akhirnya, gadis malang ini menyalakan semua korek api yang tersisa, karena dia sangat ingin menahan neneknya disini terus.
Nyala korek api semakin terang, bagaikan disiang hari, dia melihat neneknya dengan penuh kasih sayang mengangkat dia kepelukannya, mereka berdua terbang makin lama makin tinggi, terbang kesebuah tempat yang hangat dan tidak akan merasa kelaparan lagi.
Pada keesokan harinya natal telah tiba, orang-orang disekitar pertokoan melihat gadis malang ini sedang menyandar di dinding, dengan wajah kemerahan dan senyuman terlihat sangat bahagia , tetapi dia sudah meninggal, meninggal dimalam menjelang natal, ditangannya masih tergenggam korek api yang terbakar.

#sumber : http://erabaru.net/cerita-budi-pekerti/71-cerita-budi-pekerti/12611-gadis-penjual-korek-api